wp-hide-security-enhancer
domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init
action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/icctforid/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114redux-framework
domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init
action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/icctforid/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114conformer-elementor
domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init
action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/icctforid/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114Taliwang<\/strong>-Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia\/Bappenas, Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCT) bersama Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, PT Sucofindo, dan PT. Cakra Buana Aghna beserta para mitra melaksanakan kegiatan penanaman mangrove di Pulau Namu, Kecamatan Poto Tano.<\/p>\n\n\n\n Gili Namu sendri termasuk satu dari delapan gugusan Gili Balu di Kecamatan Poto Tano. Pulau yang hanya berjarak puluhan meret dari Desa poto Tano iTu saat ini masuk dalam kawasan konservasi.<\/p>\n\n\n\n Rehabilitasi mangrove di pulau ini merupakan bgian dari program Coral Reef Rehabilitation and Management Program \u2013 Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) yang bersumber dari\u00a0dana hibah Asian Development Bank\u00a0(ADB).\u00a0\u201cKesadaran masyarakat dalam mengoptimalkan fungsi dan keberadaan ekosistem mangrove masih perlu ditingkatkan. Untuk itu perlu upaya rehabilitasi salah satunya melalui penanaman mangrove,\u201d jelas Direktur Kelautan dan Perikanan Sri Yanti JS, disela-sela penanaman mangrove kemarin. Rehabilitasi mangrove yang dilakukan COREMAP-CTI diharapkan bisa mendapat dukungan pemerintah dan masyarakat Sumbawa Barat. Baik \u00a0itu dari sisi kesiapan lahan, keberlanjutan pengelolaan atas infrastruktur atau sarana dan prasarana, keberlanjutan untuk menjaga ekosistem dan kegiatan lain di daerah yang saling melengkapi.<\/p>\n\n\n\n \u201cMangrove di Gili Namo akan mendukung pengembangan ekosistem di sekitar pulau. Ini juga \u00a0akan menjadikan Gili Namo sebagai salah satu tempat wisata potensial di Sumbawa Barat,\u201d katanya.<\/p>\n\n\n\n Total luas area ekosistem mangrove di Kawasan Gili Balu sekitar 568,2 hektar. Dan tersebar di Pulau Kalong, Pulau Namo, Pulau Kenawa, Pulau Paserang, Pulau Kambing, dan Pulau Belang. Terumbu karang, ekosistem mangrove dan ekosistem padang lamun sangat penting peranannya, tidak saja dari sisi lingkungan hidup, tapi juga penting bagi perekonomian masyarakat, terutama nelayan dan pembudidaya ikan, serta pariwisata tentunya,\u201d sebutnya. <\/p>\n\n\n\n Dari hasil survei\u00a0awal oleh PT Sucofindo yang dilakukan pada Maret 2021 menunjukkan bahwa kondisi mangrove di Gili Balu relatif\u00a0bagus, walaupun ada beberapa yang perlu direstorasi, agar lebih baik dan dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal.\u00a0Jumlah bibit mangrove yang akan ditanam sekitar 25.000. \u00a0Persiapan bibit, penanaman dan pemeliharaan melibatkan masyarakat setempat.\u00a0<\/p>\n\n\n\n Selain Mangrove, diharapkan juga memperhatikan Padang Lamun dan ekosistem terumbu karang yang juga sangat potensial. Indonesia memiliki luas kawasan mangrove terbesar di dunia, dimana ekosistem mangrove dan lamun ini memiliki kemampuan menyerap karbon dari gas rumah kaca yang berperan sangat penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim. \u201cMenjaga ekosistem karbon biru ini juga sejalan dengan strategi yang sedang disusun oleh ICCTF yakni Indonesia Blue Carbon Strategy Framework (IBCSF),\u201d ujar Direktur Eksekutif ICCTF, Dr. Tonny Wagey.<\/p>\n\n\n\n Sementara itu, Bupati Sumbawa Barat, H.W. Musyafirin yang ikut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan sejumlah hal penting terkait posisi dan keberadaan Gili Balu, termasuk Pulau Namo dihadapan Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas.<\/p>\n\n\n\n Bupati menyebut, kewenangan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil tidak lagi menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten. Meski demikian, Pemda KSB tetap memberikan pendampingan dan pembinaan sesuai batasan kewenangan yang ada. Hal ini dikarenakan, sebagian besar masyarakat pesisir di Poto Tano menjadikan Gili Balu ini sebagai tempat untuk mencari kehidupan.<\/p>\n\n\n\n \u201cMasyarakat terus kita himbau agar bagaimana ekosistem yang di gugusan Gili Balu terus dijaga dengan potensi dan manfaatnya yang luar biasa bagi masyarakat setempat,\u201d katanya.<\/p>\n\n\n\n Orang nomor satu KSB ini menambahkan, kegiatan penanaman mangrove ini menjadi salah satu bagian utama dari mempertahankan kelestarian lingkungan sekitar. Dengan demikian, potensi gugusan Gili Balu sebagai salah satu objek wisata andalan di Sumbawa Barat bisa membawa dampak ekonomi tersendiri bagi masyarakat setempat.<\/p>\n\n\n\n \u201cKami memberikan apresiasi atas perhatian Bappenas dan pihak terkait lainnya untuk memastikan ekosistem Gili Namo ini tetap terjaga,\u201d tambahnya. (far)<\/p>\n\n\n\n <\/p>\n\n\n\n Artikel ini telah terbit di Radar Sumbawa Jumat, 17 September 2021<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Taliwang-Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia\/Bappenas, Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCT) bersama Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, PT Sucofindo, dan PT. Cakra Buana Aghna beserta para mitra melaksanakan kegiatan penanaman mangrove di Pulau Namu, Kecamatan Poto Tano. Gili Namu sendri termasuk satu dari delapan gugusan Gili Balu di Kecamatan Poto […]<\/p>\n","protected":false},"author":3,"featured_media":7733,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[109,105],"tags":[198,299,472,511,111,512,510],"class_list":["post-7730","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-marine","category-project","tag-bappenas","tag-coremapcti","tag-gili-balu","tag-gili-namo","tag-icctf","tag-sumbawa-barat","tag-tanam-mangrove"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7730","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/3"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=7730"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7730\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/7733"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=7730"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=7730"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=7730"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}