wp-hide-security-enhancer
domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init
action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/icctforid/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114redux-framework
domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init
action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/icctforid/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114conformer-elementor
domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init
action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/icctforid/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114Pontianak, 7 September 2018 \u2013 Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan gambut terbesar di dunia, disamping Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, dan Peru. Namun, 20 juta hektar lahan gambut yang dimiliki Indonesia tersebut harus dilindungi dan dikelola secara terintegrasi dan berkelanjutan, agar terhindar dari deforestasi dan degradasi lahan gambut yang disebabkan oleh dekomposisi, pengeringan, maupun kebakaran lahan. Tercatat pada tahun 2015 yang lalu, terjadi kebakaran lahan yang cukup parah dengan 115.000 titik api di seluruh Indonesia, dan daerah yang terkena dampak paling besar adalah Sumatera dan Kalimantan dengan total emisi karbon yang dilepaskan sebanyak 1,74 Gigaton CO2 ekuivalen. Menyikapi hal tersebut, Kementerian PPN\/Bappenas melalui satuan kerja (satker) Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) bekerjasama dengan Universitas Tanjungpura (UNTAN) menginisiasi program \u201cMemperkuat Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) sebagai Pusat Belajar Mitigasi Perubahan Iklim di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) melalui Perlindungan dan Pengelolaan Gambut Berbasis Masyarakat\u201d.<\/p>\n
<\/p>\n
\u201cDalam upaya mendukung pencapaian target penurunan emisi pada tingkat implementasi di lapangan, Kementerian PPN\/Bappenas pada tahun 2009 membentuk ICCTF sebagai alternatif mekanisme pembiayaan untuk perubahan iklim. ICCTF dibentuk untuk memobilisasi semua bentuk dukungan pendanaan baik dari pemerintah maupun non-pemerintah, sehingga dukungan pendanaan tersebut dapat terkoordinasi, efektif, dan berkelanjutan. Didukung USAID dan UK Climate Change Unit (UKCCU), ICCTF juga bekerjasama dengan akademisi setempat seperti di UNTAN untuk mendukung upaya pengelolaan lahan gambut terintegrasi dan berkelanjutan di Kalimantan,\u201d kata Menteri PPN\/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam acara Kick Off Meeting dan Ekspose Program ICCTF, Jumat (07\/09) di Pontianak, Kalbar.<\/p>\n
Melalui kick off ini diharapkan pemangku kepentingan berkomitmen mensukseskan implementasi dan pengembangan program secara berkelanjutan. \u201cPemerintah Kalbar menyambut baik inisiasi program yang diusung UNTAN melalui pendanaan ICCTF ini, dan seluruh dinas terkait diharapkan mendukung penuh program ini,\u201d kata Gubernur Provinsi Kalbar Sutarmidji. Untuk menjaga kesinambungannya, ICCTF juga melibatkan LSM sekaligus memberdayakan masyarakat setempat. Sebagai contoh dalam pencegahan kebakaran lahan, dilakukan pelatihan pengolahan lahan tanpa bakar, pembangunan menara pemantau api secara swadaya, dan pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA).<\/p>\n
<\/p>\n
\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"
Pontianak, 7 September 2018 \u2013 Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan gambut terbesar di dunia, disamping Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, dan Peru. Namun, 20 juta hektar lahan gambut yang dimiliki Indonesia tersebut harus dilindungi dan dikelola secara terintegrasi dan berkelanjutan, agar terhindar dari deforestasi dan degradasi lahan […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":4225,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1],"tags":[],"class_list":["post-4224","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-news"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/4224","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=4224"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/4224\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/4225"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=4224"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=4224"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.icctf.or.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=4224"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}