Konservasi Gili Matra dan Gili Balu Jadi Pilot Project Nasional

Lombok Utara – Kementerian PPN/Bappenas menggelar Entry Meeting Coral Reef Rehabilitation Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI), di Katamaran Resort Lombok Utara, Jumat (4/5/2021). Acara ini rangkaian dari acara COREMAP, atau Pelestarian Sumber Daya Kelautan dan Pemanfaatan Berkelanjutan, dalam hal ini konservasi terumbu karang di Gili Meno, Air dan Trawangan (Matra) dan juga di Gili Balu Sumbawa.
Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Bappenas, Dr. Ir. Himawan Hariyoga Djojokusumo MSc menjelaskan, wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang tinggi. Indonesia juga dikenal sebagai negara megabiodiversitas (megabiodiversity) kedua terbesar di dunia. Indonesia memiliki 25 persen spesies dunia, 3.429 jenis ikan hidup di air laut dan 39 persen jenis ikan karang.
“Sebagian dari jenis ikan tersebut 120 jenis tercatat sebagai ikan endemik. Kemudian terumbu karang Indonesia meliputi 14 persen terumbu karang dunia dan yang terdiri atas 596 jenis karang. Sebagai upaya perlindungan biodiversitas tersebut, diperlukan daerah perlindungan laut yang terkelola dengan baik guna menjamin keberlanjutannya. Ini juga yang membuat kita menjadikan Gili Matra dan Gili Balu sebagai salah satu percontohan konservasi terumbu karang,” paparnya.
Dia menjelaskan, COREMAP-CTI ini didukung sejumlah pihak terkait. Seperti dari Asian Development Bank yang akan dilakukan oleh ICCTF serta mitra pelaksana yang akan mengerjakan empat proyek di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra dan Taman Pulau Kecil (TPK) Gili Balu kepada pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun daerah.
“Total anggaran untuk Gili Matra US$ 1,282 juta dan Gili Balu ada US$ 985,352,” bebernya.
Dr. Ir. Himawan melanjutkan, COREMAP-CTI dengan dana hibah Asian Development Bank ini merupakan bentuk pilot project. Dimana Gili Matra dan Gili Balu, Nusa Tenggara Barat menjadi lokasi pilot project. Tak hanya itu Nusa Penida, Bali juga menjadi area pilot project pelestarian terumbu karang ini. Yang pada akhirnya, pilot project dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dapat diadopsi oleh berbagai pihak terkait.
“Pemprov NTB juga mendukung pencapaian program nasional penetapan kawasan konservasi seluas 20 juta hektare pada tahun 2020 dan 30 juta hektare pada tahun 2030. Komitmen itu ditunjukan dengan mengalokasikan 341.641,45 hektare wilayah perariran NTB sebagai Kawasan Konservasi Daerah (KKD),” katanya bangga.
Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian PPN/Bappenas, Dr. Ir. Sri Yanti JS, MPM menambahkan, pada tahun 2019 Bappenas melalui ICCTF telah dipercaya untuk mengelola proyek COREMAP-CTI dengan pendanaan hibah yang berasal dari Global Environment Facility (GEF), yang disalurkan melalui Asian Development Bank dan World Bank.
“Latar belakang pelaksanaan COREMAP-CTI dengan dana hibah dari ADB diantaranya adalah target untuk mencapai 10 persen Kawasan Konservasi Perairan (KKP) pada tahun 2030, meningkatkan efektivitas pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan di Lesser Sunda, khususnya Nusa Penida di Bali, Gili Matra dan Gili Balu di Nusa Tenggara Barat, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan,” jelas Sri Yanti.
Dukungan COREMAP-CTI Asian Development Bank sebesar US$ 5,2 juta telah dimulai pada 4 Maret 2020 dan akan berakhir pada 31 Desember 2022 ini bertujuan untuk mencapai 80% Kategori Biru di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Nusa Penida, mencapai 80 persen Kategori Biru di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra, dan mencapai 100 persen Kategori Hijau di Taman Pulau Kecil (TPK) Gili Balu.