Bappenas Taksir Nilai Ekonomi Terumbu Karang Rp39 Triliun

Kementerian PPN/Bappenas menyebut sumber daya terumbu karang di Indonesia memiliki nilai keekonomian sekitar 2,6 miliar dolar AS per tahun.
Jakarta – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyebut sumber daya terumbu karang di Indonesia memiliki nilai keekonomian sekitar 2,6 miliar dolar Amerika Serikat per tahun atau setara dengan Rp 39 triliun.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto mengatakan valuasi tersebut didapat dari pemanfaatan ekosistem untuk berbagai bidang ekonomi, seperti sektor pariwisata, perikanan tangkap, dan pengembangan kawasan pesisir.
“Luas terumbu karang di Indonesia mencapai 25.000 kilometer persegi, atau sepertiga dari seluruh terumbu karang yang ada di dunia,” ujar Arifin Rudiyanto dalam acara Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangel Initiative (COREMAP-CTI) di Jakarta, Kamis, 30 Juli 2020.
Arifin menambahkan dari seluruh terumbu karang yang ada di Indonesia 37 persen di antaranya dalam kondisi baik dan 29,9 persen dalam keadaan sangat baik.
“Terumbu karang ini juga dapat menyerap karbon tiga kali lebih banyak dari pada organisme lainnya,” tutur dia.
Arifin menjelaskan pengelolaan kawasan koservasi wilayah pesisir telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam pemaparannya, dua hal yang menjadi fokus pemerintah adalah soal program yang bersifat ekonomis dan peningkatan lingkungan hidup.
“Dari sisi ekonomi kami berharap bisa terjadi penguatan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan. Realisasinya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kemaritiman, perikanan dan kelautan,” ucapnya.
“Sedangkan untuk lingkungan hidup, Bappenas memiliki tujuan agar terciptanya ekosistem terumbu karang dan ekosistem yang mampu meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim,” kata dia.
Dalam kesempatan tersebut, Bappenas juga mempublikasikan dua program kelautan yang disokong oleh lembaga keuangan internasional, masing-masing adalah World Bank dan Asia Development Bank (ADB).
“Untuk program World Bank di Indonesia telah mencapai efektivitas sebesar 75 persen, yang meliputi kegiatan rehabilitasi wilayah pesisir, perlindungan jenis ikan tertentu, pembangunan infrastruktur ekowisata, dan pengawasan ekosistem laut,” tuturnya.
Adapun program ABD yang dijalankan hampir sama dengan World Bank, namun dengan fokus penambahan pada sektor pengembangan usaha ekonomi, pengelolaan kawasan, serta upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan ini.
“Terumbu karang di Indonesia itu ibaratnya seperti Amazon of The Ocean. Itulah sebabnya banyak pihak yang menaruh perhatian ke kita, termasuk lembaga internasional,” ujarnya.
Sumber artikel tagar.id pada 30 Juli 2020 oleh Andry Winanto